Selasa, 12 April 2011

"cantiknya sivia" cerpen


Pagi hari itu ia berangkat sekolah. “Mbak, diantarkan sama supir, ya?”, kata Mamanya sivia yang bernama Ibu Anggun. “Tidak usah Ma, saya ingin belajar mandiri, mau naik angkot  saja”, kata sivia. “Ya, sudah kalau begitu, hati-hati di jalan ya?”, kata Mamanya lagi. “ Ya ma, sivia berangkat dulu, ya? Assalamu’alaikum” , kata sivia. “Ya, wa’alaikumsalam”. balas Mamanya.
 Ia memang seorang anak yang rajin belajar dan selalu membantu orang tuanya. Ia adalah anak seorang pengusaha terkaya di kota itu. Walaupun begitu ia tidak pernah menyombongkan diri. Saat ini ia berusia tiga belas  tahun. Ia baru saja masuk sekolah di salah satu SMP Negeri di kota itu.  Semua kebutuhannya selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Ia anggun dan cantik, cantik bukan hanya wajahnya tetapi hatinya juga cantik.
Beberapa menit setelah mereka mengobrol, mereka pun turun dari angkutan umum itu. Saat ia turun, ada dua orang siswa  memandangnya dengan tatapan sinis.  “ Ih, pasti kamu anak orang miskin, ya? Masak sekolah di SMP faforit, kok naik angkot? Nggak level  dong”, kata salah satu dari anak itu yang bernama Dea. Dalam hati ia marah, tetapi ia menahan kesabarannya untuk tidak marah. Akhirnya sivia pun pergi tanpa menhiraukan perkataan mereka. “Uh, dasar, udah miskin sombong lagi” , kata Zevana yang berada di samping Dea.  Mereka menuju pintu gerbang sekolah bersama-sama.
Bel pun berbunyi, tanda masuk mulai pelajaran. Tiba-tiba seorang guru masuk ke kelas itu. “Selamat Pagi anak-anak”, kata Ibu Chindy. “ Selamat pagi buuuu”, kata anak- anak serempak. “Perkenalkan, nama saya Ibu Chindy, saya adalah wali kelas kalian. Mungkin ada yang ditanyakan mengenai saya?” . “Mungkin status ibu? Hahaha “ , kata salah satu siswa yang bernama ray. “ huuuuuuuuuuuu” , kata semua siswa serempak. “Sudah-sudah, status saya masih single kok“.Ada yang mau ditanyakan lagi, tidak?” kata Ibu Chindy. “Tidak ada bu”, semuanya menjawab. “ Baiklah kalau begitu, untuk hari pertama kita membentuk           struktur organisasi kelas “. Ibu Chindy menunjuk tiga orang kandidat  ketua kelas, yaitu rio, sivia, dan Ray. Setelah diadakan pemilihan, akhirnya terpilih rio sebagai ketua kelas, sedangkan sivia sendiri menjadi wakilnya.
Sesampainya di rumah ia menceritakan semuanya kepada Mamanya. Pukul empat sore ia bangun tidur siang. Setelah sholat azhar ia pun belajar mengulang pelajaran yang telah di sampaikan oleh ibu guru. Malamnya ia belajar lagi untuk pelajaran besok pagi.
“Selamat pagi teman-teman, hari ini saya mengajak kalian semua untuk rapat membicarakan tentang kelas kita. Mungkin ada yang mempunyai usul? , kata rio. “ Saya punya usul bagaimana kalau kita membeli alat-alat kebersihan kelas? , kata nova. “ Ya, saya setuju dengan nova”, kata ozy. “Ada yang mempunyai usul lagi?“, kata rio. “Bagaimana kalau setiap seminggu sekali kita mengepel lantai? Tugasnya di bagi-bagi seperti regu piket, jangan hanya mengandalkan tukang kebun saja”, kata sivia. “ Nggak, aku nggak mau. Masak sih ngepel?? “ , kata riko dengan lantang. “ Lho, bagus dong kalau kita ngepel, kan kita jadi tidak manja, masak sih sampai gede nanti kita mau terus-terus bergantung pada orang lain ?”, kata sivia.
“Iya aku setuju banget, kita kan harus belajar mandiri, siapa yang setuju pada pendapat sivia?, kata deva. “ Setujuuuuuuu”,jawab mereka semua. Akhirnya mereka menyetujuinya. Diam-diam Gabriel mengagumi sosok sivia yang anggun, baik hati, dan penolong.  Selain itu, wajahnya yang cantik membuat gabriel mengaguminya lebih dari teman.
Selesai rapat, mereka melanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia. “ Anak-anak apakah ada yang ingin mengikuti lomba cerita pendek?, kata Ibu Mira. “ Bu, bagaimana kalau sivia saja?, kata rio. “Iya, bu bethul bethul bethul ??? , kata Rio yang meniru gaya Upin Ipin.“ Bagaimana sivia?? Kamu mau tidak?” , kata ibu Mira. “ Baik bu, saya mau”, kata Alvina.
Sesampainya di rumah, sore hari  sivia mulai membuat cerita pendek untuk lomba yang akan diikutinya.  Ia sangat bersemangat karena ia ingin menjadi juara dan membanggakan orang yang ada di sekitarnya. Tak di sangka ia dapat menyelesaikan cerpen itu dalam waktu tiga jam. Dan akan diberikannya pada Bu Mira besok pagi.
sivia cemas menunggu hasil perlombaan. Seminggu kemudian, hari pengumuman yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dan ternyata sivia menang sebagai juara pertama dalam perlombaan itu. sivia sangat senang, ia pun bersujud syukur atas anugerah yang telah di berikan Tuhan kepadanya. Semua orang memberikan selamat kepadanya. Saat pulang, sivia memberitahukan kabar gembira ini kepada Mamanya. Semenjak itu, sivia suka membuat cerpen.
Waktuya mengambil rapot pun tiba. Papanya sivia menghadiri undangan pengambilan rapot. “Lho, Pak Ryan ya? Kok, bisa di sini?” kata Pak Ridwan. “Wah, kebetulan sekali ya, pak? Saya mau mengambil rapot anak saya” , kata Pak Ryan. “Sama dong pak. Kenalkan pak, ini anak saya dea”, kata pak Ridwan.  Dea dan Pak Ryan pun berjabat tangan. “dea, ini bos papa”, kata Pak Ridwan. Dea pun tersenyum pada Pak Ryan.
“Oh iya, ini juga anak saya yang bernama sivia”, kata Pak Ryan. Dea pun terkejut saat mengetahui anak bos dari papanya adalah sivia. Ia tertunduk malu. Akhirnya mereka pun mengambil raport. Saat itu Dea minta maaf kepada sivia, dan sivia pun memaafkan dengan senang hati. Papa sivia keluar dari ruang kelas setelah mengambil raport. Papa  sivia memberikan selamat, karena sivia telah menjadi juara kelas dan papanya pun sangat bangga terhadap anaknya.
Pagi itu ia berangkat sekolah diantarkan oleh supirnya. Sesampainya di sekolah ternyata ia sudah di tunggu oleh Dea dan zevana . sivia turun dari mobil, Dea dan zevana menghampirinya. “Via, maafin aku, ya? Soal aku kemarin, ngremehin kamu anak orang miskin. Padahal kamu itu anak orang kaya, maaf ya?”, kata zevana. “ Iya, aku sudah memaafkan. Bahkan mungkin aku sudah lupa dengan kejadian itu”, kata sivia. “ Wah, terima kasih ya? Maukah kamu menjadi temanku?”, kata dea. “ Tentu mau dong, masa nggak sih? Hehehe..”. kata sivia sambil tersenyum.
Mereka menuju kelas masing-masing. Bel berbunyi, pelajaran pun di mulai. Ibu Mira memuai pelajaran dengan  wajah yang cerah. “ sivia, sekarang saatnya kamu untuk membuat cerpen lagi? Soalnya lomba kali ini tingkat kabupaten”, kata Bu Mira. “ Baik, Bu cerpennya sudah siap kok. Saya sudah membuat banyak cerpen, Bu”, kata sivia. “ Ya sudah, baguslah kalau begitu. Besok di bawa, ya biar segera Ibu kirim?“ kata Bu Mira.
Pagi yang indah dan cerah. sivia berangkat sekolah. Saat di sekolah ia di cari oleh Bu Mira. “Via selamat, ya? Kamu mendapat juara satu lagi”, kata bu Mira. “Alhamdulilah, terima kasih, Bu?”, kata sivia sembari bersujud syukur. “ Ibu bangga kepada kamu, karena kamu itu anak pintar, rendah hati, baik, penolong, bahkan sangat ramah. Ibu sangat bangga”, kata Bu Mira.” Wah Ibu terlalu berlebihan, terima kasih, Bu?”, kata sivia. “ Iya sama-sama”, kata Bu Mira. “ Jangan lupa persiapkan lomba lagi untuk tingkat provinsi, ya”, kata Bu Mira lagi. “ Baik, Bu”, kata sivia.
Dan seperti yang diduga, yah ternyata sivia menjadi juara pertama lagi. Saking senangnya ia menangis haru dan bersujud syukur. Ia bersyukur kepada Tuhan dan tak lupa pula ia berterima kasih kepada orang-orang terdekatnya.
Akhirnya ia mendapatkan sejumlah uang, piala, dan piagam penghargan. Semua temannya memberikan selamat. Guru dan kedua orang tuanya pun sangat bangga terhadap sivia. Inilah sivia, walaupun ia kaya, tapi ia tak pernah sombong dengan kekayaannya, karena ia sadar, bahwa harta itu tak akan abadi.

haduh, susahnya bikin cerpen
ga tau bagus apa ga ?
:((
mav kalo jelek

like+coment

sankyuu..

admin1_angel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar